CERPEN
LOMBA
PIDATO BAHASA ARAB SEKABUPATEN
Aku terpuruk bersama kesedihan dari mulai
di jalan sampai rumah. Sejenak aku menarik nafas, mencoba mengikhlaskan semua
kejadian yang menyedihkan serta memalukan itu. Dimana, pengalaman tersebut tak
akan kulupakan sampai kapanpun. Suatu hari dimana aku bangkit dari kegagalan.
Kegagalan yang tak pernah kubayangkan sebelumnya.
Ketika matahari mulai menengah dan
menyebarkan senyum lesu bagi setiap pelajar akan tetapi berbeda dengan aku dan temanku.
Semangat membara dalam diri kita ketika mendengar berita bahwa kita ditunjuk
untuk mengikuti lomba pidato secara berpasangan. Acara dimana kita dapat
mengekspresikan diri kita disana.
Acara semakin dekat? Akan tetapi, aku rasa
penampilanku belum cukup, ditambah ini adalah pertama kalinya saya mengikuti
lomba pidato, jadi ada rasa ketakutan dalam diriku. Semangat kita mulai
terkumpul sedikit demi sedikit, beberapa pelajaran yang menurut kita penting
yang harus direlakan untuk ditinggalkan. Waktu yang sedikit kita manfaatkan
untuk menghafal dan menguasai materi serta gerakan yang diajarkan oleh guru
pembimbing.
Hari demi hari, larut malam demi larut
malam, kita lewati dengan memerlukan kesabaran yang cukup tinggi untuk
menyelesaikan tugas tersebut. Ada saja cobaan yang menghadang ku mulai dari aku
yang sulit menghilangkan kegugupanku, berbeda dengan temanku yang sudah
terbiasa tampil diatas panggung, jadi, dia sudah cukup berpengalaman tentang
mengatasi kegugupan.
Hari demi hari juga kita persiapkan sebaik
mungkin dengan banyak menonton video pidato juga. Dengan latihan terus menerus
serta latihan bersama guru pembimbingku. Banyak saran yang kita jadikan untuk
menambah penampilan kita.
Ketika lagi beberapa hari menejelang acara
tersebut dimulai, kami pergi ke kendari bersama bapak kepala sekolah serta guru
pembimbing, disana kami tinggal di hotel Raja Bintang. Kami tinggal
beberapa hari di tempat tersebut.
Ketika matahari mulai menampakkan dirinya,
dimana hari ini dalah acara pidato bahasa arab tersebut dimulai. Kami segera
datang ketempat acara lomba tersebut diadakan. kita baru mendaftar dan
mengambil nomor undian. Dari beberapa peserta yang sudah kami lihat waktu itu,
membuat kami lebih optimis mengikuti lomba itu Itulah saatnya kita untuk
membuktikannya kepada mereka. Keringat yang basah menjadi dingin, akan tetapi
rasa itu tidak menghalangi langkah kita.
Ketika nomor undian ku yang pertama
dipanggil, sebelum aku maju aguru pembimbingku memberiku semangat. Sesampainya diatas
panggung saluruh tubuhku gemetar, tapi aku berusaha untuk berani, dan aku mulai
membawakan pidatoku. Akan tetapi, hal yang tidak ku duga, belum ada setengah aku
membawakannya rasa kegugupanku mulai hilang. Hingga saat aku selesai membawakan
pidatoku, aku merasa sungguh sangat legah sekali.
Setelah beberapa peserta mulai maju,
hingga tiba saatnya undian temanku yang dipanggil, dia begitu terlihat tenang,
karena mungkin dia sering tampil diatas panggung berbeda denganku yang tidak
pernah sama sekali. Dia membawakan pidatonya dengan sangat baik sekali tanpa
rasa takut diwajahnya. Setelah ia selesai membawakan pidatonya, dia terlihat
senang, mungkin dia merasakan kelegaan seperti yang aku rasakan setelah tampil.
Acara lomba
pidato bahasa arab selesai saat sore hari, kami pun pulang ke hotel penginapan.
Sesampai di hotel aku terus membayangkan penampilanku tadi, apakah bagus atau
tidak, sampai-sampai saya ketiduran.
Ke esokan harinya saat matahari mulai
menampakkan cahayanya, dimana hari ini adalah hari pengumuman juara. Kami
berdua serta guru pembimbing bergegas ke tempat lomba itu diadakan kemarin.
Sesampainya disana kami melihat masih sedikit orang yang datang, mungkin kami
terlalu cepat datangnya, kami pun memutuskan untuk menunggu di tempat tersebut.
Beberapa saat kemudian orang-orang yang
mengikuti lomba pidato mulai berdatangan. Akhirnya, pengumuman juara dimulai,
kami dengan detak jantung yang berdebar tidak sabar mengetahui juara-juaranya.
Beberapa nama mulai disebut dari juara 1 hingga juara 3, tapi saying sekali diantara
juara tersebut saya dan temanku tidak mendapatkan juara, kami agak sedih
sekali.
Saat sore hari kami pulang kembali ke kampung
halaman kami yaitu Lakudo, Buton Tengah. Sesampainya disana, saya dan temanku berpisah,
pulang kerumah kami masing-masing. Kami pulang dengan tangan kosong, tanpa
membawa kebanggaan apapun. Tapi sesampainya dirumah aku disambut dengan baik
oleh orang tuaku, kakak, serta adek ku, mereka tidak tampak sedih, mereka tetap
senang karena aku bisa membawa nama Buton Tengah. Mereka memberi dukungan terus
kepadaku. Ibuku mengatakan”belajarlah terus jangan putus asa”, dan ayahku
mengatakan “kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda”.
Aku kembali
bersemangat, rasa sedihku mulai menghilang, dan aku terus belajar mencari tahu
cara-cara berpidato yang baik dan benar serta menarik, dan suatu saat nanti aku
pasti akan menang lomba pidato, untuk membanggakan kedua orang tuaku.
Komentar
Posting Komentar